Resensi buku Identitas dan Kenikmatan; politik budaya layar Indonesia, terjemahan Eric Sasono, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2015 (cetakan kedua 2015, cetakan ketiga 2018).
- https://arielheryanto.files.wordpress.com/2020/09/2020_09_02_kompasiana-merumuskan-ulang-identitas-sembari-merayakan-kenikmatan-c-1.pdf
Ariel Heryanto berhasil membuat jaring-jaring yang terkoordinasi dengan mengaitkan beberapa hal dalam kajian etnografisnya. Keterkaitan inilah yang membahas beberapa gejala sosial yang muncul dalam kehidupan sosial di Indonesia mutakhir. Di buku Identitas dan Kenikmatan, Ariel Heryanto berusaha untuk menjawab persoalan mengenai gejala budaya yang berakar kuat pada persoalan sejarah yang seakan dilupakan dan diterima begitu saja.”
RM, Iqbal (2000), “Merumuskan Ulang Identitas Sembari Merayakan Kenikmatan”, Kompasiana, 2/09/2020, https://t.co/ebRVzLvaAR - 2020_05_27_heuristik Hegemoni Kelas Menengah Terhadap Budaya Populer-c“Heryanto tidak berhenti hanya memotret gejala sosial tersebut, yang menjadi buku ini begitu nikmat adalah sebuah studi sejarah politik dan budaya Indonesia.”
Kusuma, Eki Robbi (2020), “Hegemoni Kelas Menengah Terhadap Budaya Populer”, heuristik.id, 27/05/2020, https://t.co/Cb3WVpuN30 - 2019_04_28_EkspressiOnline Kontestasi Identitas dalam Budaya Layar-c
“Ariel memang tajam. Jika kebanyakan akademisi meneliti fenomena bangkitnya identitas keislaman masyarakat Indonesia, G30S/PKI, stigma etnis Tionghoa, dan menjamurnya budaya pop Korea di Indonesia secara parsial, Ariel berhasil menarik masalah-masalah tadi menjadi benang yang saling berkelindan.”
Majid, Rofi Ali (2019) “Kontestasi Identitas dalam Budaya Layar”, Ekspressionline, 28/04/2019, https://ekspresionline.com/2019/04/28/kontestasi-identitas-dalam-budaya-layar/ - 2018_Th23-No54_Balairung Konstruksi Identitas Bangsa-c
“Ariel membuka mata kita mengenai isu identitas hari ini dan kaitannya dengan sejarah di masa lalu.”
Luqman dan Fadhilla (2018) “Konstruksi Identitas Bangsa melalui Permainan Budaya Layar”, Rehal, Balairung, 23(54): 34-35. - 2018_03_07_Merayakan Iman, Mendulum Kenikmatan-1c
“Studi yang dilakukan Ariel Heryanto ini mengungkapkan bahwa ada pemberontakan pada kemapanan-kemapanan definisi yang sebelumnya telah diberikan atau bahkan bersifat nyaris seluruhnya ‘given by regime’ yang dilakukan oleh Orde Baru kala itu. Pemerintahan yang berkuasa lebih dari tiga dekade ini membuat kebijakan-kebijakan yang monolitik terhadap hampir seluruh bidang kehidupan sosial politik penduduk Indonesia.”
Alniezar, Fariz (2018) “Merayakan Iman, Mendulum Kenikmatan (Bag-1)”,
https://islami.co/merayakan-iman-mendulum-kenikmatan-bag-1/ - 2018_03_12 CATATAN SETELAH MEMBACA BUKU IDENTITAS DAN KENIKMATAN-c
“Biasanya saya tertarik pada bahasan yang berkutat pada dimensi identitas dalam bingkai politik yang keras, namun ternyata membaca buku ini memberikan kesegaran tersendiri terhadap saya untuk lebih banyak belajar tentang politik identitas yang muncul bukan melulu dalam perdebatan Perppu Ormas atau pembubaran HTI misalnya, tapi ada diskusi pertarungan politik identitas lain yang lebih nikmat untuk dibahas.”
Jayanto, Dian Dwi (2018) “Pergulatan Ideologi dan Identitas Pasca Reformasi”, https://diandwijayanto.wordpress.com/2018/03/12/pergulatan-ideologi-dan-identitas-pasca-reformasi-catatan-setelah-membaca-buku-identitas-dan-kenikmatan-karya-ariel-heryanto/ - 2018_02_18_Fariz Alniezar_Iman dan Kenikmatan-c
“Dalam buku ini, justru Ariel menemukan bahwa menjadi pola dan gejala bagaimana menjadi muslim yang tetap eksis di era kapitalisme an budaya konsumtif. Muslimah perkotaan tetap meneguhkan identitasnya sebagai muslimah dengan tanpa menegasikan kecintaan dan kegandrungan mereka pada K-Pop, K-Drama, dan juga budaya populer lainnya.”
Alniezar, Fariz (2018) ” Iman dan Kenikmatan; Membedah Pascamodernisme Buku Identitas dan Kenikmatan”, http://www.farizalniezar.com/2018/02/iman-dan-kenikmatan-membedah.html - 2017_06_19 Melongok Identitas Kaum Muda Kota Lewat Layar-c
“Buku ini terasa istimewa karena memberi pembaca pandangan lain kala menikmati budaya pop. Daripada memandang budaya pop sekadar sebagai sesuatu yang dinikmati “iseng-iseng”, pembaca diajak untuk mengamati lebih jauh dan menggali lebih dalam. Setelah menyelesaikan buku ini, pembaca akan menonton dengan kesadaran yang baru.
Meskipun ditulis oleh seorang akademisi, buku ini jauh dari kesan menggurui. Ariel juga tidak berpretensi untuk menjadi yang serba-tahu. Membaca buku ini terasa seperti mengobrol dengan kawan yang akrab.”
Dwifatma, Andina (2017) “Merumuskan dan Menikmati Identitas”, Ruang Gramedia (19/06/2017) https://ruang.gramedia.com/read/1497868344-melongok-identitas-kaum-muda-kota-lewat-layar - 2016_02_Merumuskan dan Menikmati Identitas-c
“Ariel Heryanto merupakan satu dari sedikit akademisi, yang secara konsisten membabar persoalan identitas dan budaya populer di Indonesia Pasca-Orde Baru. Buku Identitas dan Politik ini pun dapat dikatakan sebagai edisi penajaman dari buku Budaya Populer di Indonesia: Mencairnya Identitas Pasca Orde Baru yang disunting oleh Ariel dan diluncurkan dua tahun sebelumnya.”
Burhanudin, Mohamad (2016) “Merumuskan dan Menikmati Identitas”, <https://id.linkedin.com/pulse/merumuskan-dan-menikmati-identitas-mohamad-burhanudin> - 2015_V18-N1_Al-Adalah Politik Identitas Muslim Urban-c
“Dalam bukunya Identitas dan Kenikmatan, Ariel menjelaskan secara secara komprehensif, perubahan-perubahan revolusioner yang tengah berlangsung di Indonesia mutakhir.Menurutnya, perubahan yang terjadi di Indonesia pasca Orde Baru, bukan merupakan patahan historis yang tidak memiliki kesinambungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada periode-periode sebelumnya. Bagi Ariel, Indonesia pasca Orde Baru yang dalam penilaian para pengamat sebagai era demokrasi, tidak dapat dipahami hanya sebagai akibat ataupun produk dari gerakan reformasi, tetapi juga produk dari intervensi globalisasi yang sudah berlangsung sejak periode-periode sebelumnya.”Amal, M. Khusna (2015) “POLITIK IDENTITAS MUSLIM URBAN: Menikmati Modernitas Tanpa Menanggalkan Keimanan”, Jurnal Al-Adalah, Vol. 18, No.1, Mei 2015, hal 141-154. http://ejournal.iain-jember.ac.id/index.php/aladalah/article/view/300 - 2016_41-1_MI Politik_Budaya_Keseharian_Indonesia-c
“Dalam konteks ini, membaca gagasan Heryanto tidaklah sekadar mengetahui lebih dalam mengenai Indonesia dalam lensa media, resepsi penonton, dan budaya para penggemar yang telah membentok subkultur tersendiri, tetapi dapat mengasah kemampuan sociological imagination para pembaca, khususnya mengkaitkan satu hal dengan hal yang lainnya, satu peristiwa dengan peristiwa yang lain, dan konteks yang melatarbelakangi isu sosial dan politik dengan sejarah sebagai pembanding.”Akmaliah, Wahyudi (2016) “Politik Budaya Keseharian Indonesia Kontemporer Dalam Lensa Media”, Masyarakat Indonesia, 41 (1/Juni): 103-113. - 2016_03_08_PS Identitas dan Kenikmatan, Yang Tak Terbaca di Layar Kaca-c
“Analisis yang paling saya ingat adalah tentang sinkretisme ketaqwaan dan modernitas. Dua hal yang dulu tampaknya bersandingan secara opsional, oleh umat Islam di Indonesia disandingkan. Terutama oleh masyarakat urban, ketaqwaan Islam berusaha diraih dengan cara mempraktikkan gaya hidup modern ala Barat. Perilaku semacam ini, menurut Ariel, jauh berbede dengan model ketaqwaan yang dipraktikan oleh Muslim satu atau dua generasi sebelumnya.””Identitas dan Kenikmatan, Yang Tak Terbaca di Layar Kaca”, resensi oleh Rahmat Petuguran, portalsemarang.com, 8/03/2016, http://portalsemarang.com/identitas-dan-kenikmatan-yang-tak-terbaca-di-layar-kaca - 2015_Vol34-No1_PRISMA Budaya Layar dan Politik Identitas-c
“Buku karya Ariel Heryanto ini mengangkat hal-hal yang luput dari perhatian dunia akademik itu. Lebih dari itu, isu-isu tersebut dibahas dengan pendekatan transdisipliner dan dikontekstualisasikan secara historis—tanpa berpretensi menulis sejarah—sedemikian rupa, sehingga berbagai fenomena mutakhir yang seakan-akan tidak ada presedennya pun menjadi bisa dijelaskan.”Dr Budiawan, “Budaya Layar dan Politik Identitas; Kaum Muda Urban Pasca-Soeharto”, Prisma, 34 (1), 2015: 124-127. - 2015_ThIII-No25_HISTORIA Hidup Gembira Tanpa Cemas Masuk Neraka-c
“Ariel sukses membolak-balik isi pikiran dan perasaan pembaca buku ini dengan suguhan fakta-fakta di seputar budaya populer di Indonesia.”Bonnie Triyana, “Hidup Gembira Tanpa Cemas Masuk Neraka”, Historia, 3( 25), 2015: hal. 94-96. - 2015_12_28_TEMPO Meneguhkan Identitas, Memburu Kenikmatan _ Majalah TEMPO-c
“Meskipun memiliki langgam akademis, buku ini ditulis dalam bahasa yang renyah dan paparan yang gamblang. Karena itu, ia bisa dibaca oleh siapa pun yang berhasrat melongok politik budaya Indonesia mutakhir.”Dr Budi Irawanto, “Meneguhkan Identitas, Memburu Kenikmatan”, Tempo, 28/12/2015. - 2015_10_01_SOLOENSIS Membangun Identitas, Meraih Kenikmatan _ SOLOENSIS-c
“Ketika selesai membaca buku ini saya mendapatkan pencerahan tentang beberapa pertanyaan sepele yang beberapa tahun terakhir ini mengganggu pikiran saya, salah satunya pertanyaan: mengapa film Ayat-Ayat Cinta begitu digandrungi banyak orang? Pertanyaan lainnya adalah: mengapa setelah sekian puluh tahun, generasi telah berganti, hantu komunis—lebih tepat lagi Partai Komunis Indonesia–masih selalu dibangunkan dan dibangun menjadi sesuatu yang “aduhai” dalam konteks peradaban kita era sekarang.”Ichwan Prasetyo, “Membangun Identitas, Meraih Kenikmatan”, Soloensis, 1/10/2015, http://www.soloensis.com/01/10/2015/membangun-identitas-meraih-kenikmatan-179.html - 2015_08_INDOPROGRESS Menikmati Identitas, Mengidentifikasi Kenikmatan « Indoprogress-c
“Dengan gaya etnografi dan catatan lapangan yang, seperti umumnya kajian budaya, berkelakar, Identitas & Kenikmatan adalah upaya untuk membedah apa yang sepertinya kita pandang remeh, dangkal, dan tidak penting. Budaya populer dapat menjadi kendaraan politis untuk mengguncang status quo.”Perdana Putri, “Menikmati Identitas, Mengidentifikasi Kenikmatan”, IndoProgress, 29/08/2015, http://indoprogress.com/2015/08/menikmati-identitas-mengidentifikasi-kenikmatan/ - 2015_07_12_JAWA POS Mencerna Keindonesiaan via Budaya Populer-c
“Apa yang kita temukan di buku ini bukan sekadar pembahasan perihal kekinian. Namun, kekinian itu dicari akar permasalahannya hingga jauh ke belakang, bahkan hingga masa sebelum kemerdekaan. Indonesia sebagai sebuah proyek yang belum selesai, menyitir Bennedict Anderson, benar-benar tampak pada buku ini.”Berto Tukan, “Mencerna Keindonesiaan via Budaya Populer”, Jawa Pos, 12/07/2015. - 2015_07_10_Siar Justisia Ariel Heryanto_ Identitas Dan Kenikmatan-c
“Konon kabarnya buku Ariel Heryanto digemari oleh para remaja. Luar biasa. Cara membuat anak muda menyukai ilmu sosial melalui sesuatu yang lagi trend. Di Malang buku Ariel Heryanto juga terjual habis.”Dra Esthi Susanti Hudiono Msi, “Ariel Heryanto: Identitas Dan Kenikmatan”, Siar Justicia, 10/07/2015, http://siarjustisia.com/news/view/3712/ariel-heryanto-identitas-dan-kenikmatan - 2015_07_03_CNN INDGenerasi ‘Millenials’ Jatuh Bangun Mencari Identitas-c
“Generasi muda menghadapi segenap persoalan sesuai eranya. Kini, generasi muda antara lain dihadapkan pada persoalan identitas. Hal inilah yang menarik perhatian pemikir budaya populer dan dosen Australian National University Ariel Heryanto.”Nadi Tirta Pradesha, “Generasi ‘Millenials’ Jatuh Bangun Mencari Identitas”, CNN Indonesia, 03/07/2015, http://www.cnnindonesia.com/hiburan/20150703060256-241-64040/generasi-millenials-jatuh-bangun-mencari-identitas/ - 2015_06_14_K Identitas dalam Teropong Film-c
“Kali ini, Ariel membuat kajian yang serius, dalam, dan juga kritis — sebagaimana biasanya — terhadap dunia layar lebar di Indonesia.”Ignatius Haryanto, “Identitas Dalam Teropong Film”, Kompas, 14/06/2015.
5 tanggapan untuk “Resensi Identitas dan Kenikmatan; politik budaya layar Indonesia”